Kamis, 23 Oktober 2014

Rekening Atas Nama Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu

(Sebuah Kisah Nyata)

Rekening Atas Nama Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu



Mungkin tak pernah terbayang oleh siapa pun, bila ada satu bank di Saudi Arabia yang sampai saat ini menyimpan rekening atas nama UTSMAN BIN AFFAN.

Apa kisah sebenarnya di balik pembangunan hotel 'Utsman bin Affan Ra' yang saat ini sedang di bangun dekat Masjid Nabawi?

Apakah ada anak cucu keturunan Usman saat ini yang membangunnya atas nama moyang mereka?

Penasaran? Ikuti kisahnya berikut ini. Barangkali kita dapat mengambil pelajaran:

- Setelah hijrah, jumlah kaum Muslimin di Madinah semakin bertambah banyak. Salah satu kebutuhan dasar yang mendesak adalah ketersediaan air jernih.

- Kala itu sumur terbesar dan terbaik adalah Bi'ru Rumah, milik seorang Yahudi pelit dan oportunis. Dia hanya mau berbagi air sumurnya itu secara jual beli.

- Mengetahui hal itu, Utsman bin Affan mendatangi si Yahudi dan membeli 'setengah' air sumur Rumah. Usman lalu mewakafkannya untuk keperluan kaum Muslimin.

- Dengan semakin bertambahnya penduduk  Muslim, kebutuhan akan air jernih pun kian meningkat. Karena itu, Utsman pun akhirnya membeli 'sisa' air sumur Rumah dengan harga keseluruhan 20.000 dirham (kl. Rp.
5 M). Untuk kali ini pun Usman kembali mewakafkannya untuk kaum Muslimin.

- Singkat cerita, pada masa-masa berikutnya, wakaf Utsman bin Affan terus berkembang. Bermula dari sumur terus melebar menjadi kebun nan luas.

- Kebun wakaf Utsman dirawat dengan baik semasa pemerintahan Daulah Utsmaniyah (Turki Usmani).

- Setelah Kerajaan Saudi Arabia berdiri, perawatan berjalan semakin baik. Alhasil, di kebun tersebut tumbuh sekitar 1550 pohon kurma.

- Kerajaan Saudi, melalui Kementrian Pertanian, mengelola hasil kebun wakaf Utsman tersebut. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.

- Rekening atas nama Utsman tersebut dipegang oleh Kementerian Wakaf.

- Dengan begitu 'kekayaan' Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah. Sampai pada akhirnya dapat digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi.

- Di atas tanah tersebut, saat ini tengah dibangun sebuah hotel berbintang lima dengan dana masih dari 'rekening' Utgsman.

- Pembangunan hotel tersebut kini sudah masuk tahap akhir. Rencananya, hotel 'Utsman bin Affan' tersebut akan disewakan kepada sebuah perusahaan pengelola hotel ternama.

- Melalui kontrak sewa ini, income tahunan yang diperkirakan akan diraih mencapai lebih 50 juta Riyal (lebih Rp. 150 M).

- Pengelolaan penghasilan tersebut akan tetap sama. Separuhnya dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang separuhnya lagi disimpan di 'rekening' Utsman bin Affan.

- Uniknya, tanah yang digunakan untuk membangun hotel tersebut tercatat pada Dinas Tata Kota Madinah atas nama Utsman bin Affan.

Masya Allah, saudaraku, itulah 'transaksi' Utsman dengan Allah. Sebuah perdagangan di jalan Allah dan untuk Allah telah berlangsung selama lebih 1400 tahun.....berapa 'keuntungan' pahala yang terus mengalir deras kedalam pundi-pundi kebaikan Usman bin Affan di sisi Allah Swt.

(Tarjim: ust.Asep Sobari Lc)

Sabtu, 22 Maret 2014

Kemuliaan membaca Al Qur’an






baca quran1 490x326 Adab dan Keutamaan Membaca Al Qur’an
SALAH satu kegiatan utama berkaitan dengan Al Qur’an tentu adalah membacanya. Semua ibadah berkaitan dengan Al Qur’an dijanjikan dengan pahala yang besar, termasuk dalam hal membacanya. Namun, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, untuk lebih mencapai dan memperoleh manfaat dari membaca Al Qur’an tersebut, Islam telah mengatur adab-adab dan etika ketika seorang muslim membaca Al Qur’an.
Pertama Dianjurkan dan disunahkan dalam membaca Al-Qur’an dalam kondisi yang sempurna: Bersih, Menghadap Qiblat, serta senantiasa menjagan Waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an seperti Malam hari, ba’da Maghrib, dan ba’da Shubuh sebagaimana firman Allah
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil:6)
dan juga
إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Sesungguhnya membaca Al-Qur’an di waktu Fajar disaksikan (oleh Malaikat),” (Al-Isra:78)
Dan membaca Al-Qur’an dalam kondisi berdiri, duduk, berbaring, berjalan bahkan ketika berkendaraan, sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring,” (Ali Imran: 191).
Kedua Maka disunnahkan memperbanyak bacaan baik ketika pagi, siang, sore dan malam sebagaimana hadits Rasulullah “Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim).
Kedua Membaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik dzikir. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT telah berfirman, ”Barangsiapa yang disibukkan dengan Al Qur’an dan berdzikir kepada-Ku, hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka aku akan memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaan Allah atas semua makhluknya.” (HR. Turmudzi)
Ketiga Membaca Al-Qur’an dengan tartil lebih diutamakan dari pada membaca dengan terburu-buru sehingga seluruh huruf-hurufnya jelas dan lebih menyentuh ke dalam hati.
 وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzzammil:4)
Keempat Memperindah bacaan sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Hiasilah Al Qur’an itu dengan suaramu.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lainnya disebutkan “Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur’an menjadi baik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i) 

Adab dan Keutamaan Membaca Al-Qur’an


SALAH satu kegiatan utama berkaitan dengan Al Qur’an tentu adalah membacanya. Semua ibadah berkaitan dengan Al Qur’an dijanjikan dengan pahala yang besar, termasuk dalam hal membacanya. Namun, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, untuk lebih mencapai dan memperoleh manfaat dari membaca Al Qur’an tersebut, Islam telah mengatur adab-adab dan etika ketika seorang muslim membaca Al Qur’an.
Pertama Dianjurkan dan disunahkan dalam membaca Al-Qur’an dalam kondisi yang sempurna: Bersih, Menghadap Qiblat, serta senantiasa menjagan Waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an seperti Malam hari, ba’da Maghrib, dan ba’da Shubuh sebagaimana firman Allah
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil:6)
dan juga
إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Sesungguhnya membaca Al-Qur’an di waktu Fajar disaksikan (oleh Malaikat),” (Al-Isra:78)
Dan membaca Al-Qur’an dalam kondisi berdiri, duduk, berbaring, berjalan bahkan ketika berkendaraan, sebagaimana firman-Nya:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring,” (Ali Imran: 191).
Kedua Maka disunnahkan memperbanyak bacaan baik ketika pagi, siang, sore dan malam sebagaimana hadits Rasulullah “Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim).
Kedua Membaca Al-Qur’an adalah sebaik-baik dzikir. Dalam sebuah hadits qudsi diriwayatkan, Allah SWT telah berfirman, ”Barangsiapa yang disibukkan dengan Al Qur’an dan berdzikir kepada-Ku, hingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka aku akan memberikan apa yang terbaik yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan firman Allah atas perkataan makhluk-Nya adalah seperti keutamaan Allah atas semua makhluknya.” (HR. Turmudzi)
Ketiga Membaca Al-Qur’an dengan tartil lebih diutamakan dari pada membaca dengan terburu-buru sehingga seluruh huruf-hurufnya jelas dan lebih menyentuh ke dalam hati.
 وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Al Muzzammil:4)
Keempat Memperindah bacaan sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Hiasilah Al Qur’an itu dengan suaramu.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lainnya disebutkan “Sesungguhnya suara yang baik itu menambah Al Qur’an menjadi baik.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i) 

Minggu, 02 Maret 2014

0813-9445-2537 ( TSEL )Keutamaan Orang yang Berwakaf (Wakif) Alquran

Keutamaan Orang yang Berwakaf (Wakif) Alquran


Dalam sejarah Islam, perintis amalan wakaf adalah baginda Rasulullah Saw. Sebagaimana tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Syaibah daripada ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’az, "Kami bertanya tentang Siapakah pewakaf yang paling pertama kali melakukannya? Orang-orang Anshar menjawab, 'wakafnya Rasulullah Saw.'" Pada saat itu (622 SM), Rasulullah apabila tiba di Madinah akan sudah mewakafkan masjid Quba' atas dasar ketaqwaan kepada Allah Swt. Dan wakaf untuk kedua kalinya, Rasulullah mewakafkan masjid Nabawi.
Wakaf Menjadi Bagian dari 7 (tujuh) Amalan Jariyah
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara amal saleh yang mendatangkan pahala setelah orang yang mengamalkannya meninggal dunia, yaitu; ilmu yang disebar­luaskan olehnya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (alquran) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang didirikan dengan tujuan dijadikan sebagai tempat bermalam (penginapan) orang yang sedang dalam perjalanan (ibn sabil), sungai yang dialirkan guna kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).

Uraian 7 (tujuh) Amal Jariyah sesuai dalil tersebut di atas.

    Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat - Baik pendidikan formal maupun nonformal, semisal diskusi, ceramah, dakwah, termasuk amalan berupa tulisan buku yang berguna dan mempublikasikannya,
    Mendidik anak hingga menjadi anak yang saleh/salehah - Anak yang saleh dan salehah akan senantiasa beramal kebajikan di dunia. Dalam hadis dijelaskan; kebaikan yang dilakukan oleh anak saleh pahalanya terus mengalir hingga sampai kepada orang tua yang mendidiknya meskipun keduanya telah wafat dengan tanpa mengurangi bobot pahala yang diterima oleh orang yang beramal (anak),
    Mewariskan mushaf (alquran dan buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya,
    Membangun masjid - Sesuai dengan sabda Nabi SAW, ”Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil apa pun di dunia, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
    Keutamaannya; orang yang membangun masjid akan menerima pahala setara dengan pahala orang yang beribadah di mas­jid tersebut,
    Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan - Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk sekadar transit atau untuk megninap serta kegunaan lain selama bukan untuk maksiat, amaka pahalanya akan terus mengalir kepada orang yang membangunnya,
    Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak - Setelah orang yang menditribusikan air tersebut wafat sementara air masih tetap mengalir dan terpelihara dari kecemaran bahkan dimanfaatkan orang yang hidup maka orang yang memiliki sumber air tersebut terus-menerus mendapatkan pahala. Semakin banyak orang yang memanfaat­kannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan mem­berinya pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah),
    Menyedekahkan sebagian harta - Orang yang beramal dengan menyedekahkan sebagian hartanya dengan penuh keokhlasan maka akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.

Hikmah Wakaf

    Sebagai pembuka jalan beribadah kepada Allah Swt.,
    Mengajak muslim yang lain untuk berlomba-lomba di dalam kebaikan (fastabikul khayrat),
    Memberikan pahala yang mengalir terus-menerus meskipun orang yang beramal saleh tersebut telah wafat,
    Demi kebaikan Islam,
    Membantu mengurangi beban susah fakir miskin serta anak yatim.

Melalui tulisan ini, kami bermaksud mengajak semua pembaca untuk berwakaf quran. Bagi Anda yang tergerak hatinya, Anda dapat berwakaf dengan menggunakan ATM, Internet Banking dan SMS Banking dengan cara transfer ke rekening wakaf sebagai berikut:


125 001 9361 – 70 155 20 781
Yayasan Rumah Wakaf Indonesia
775 033 33 59
Yayasan Rumah Wakaf
131 000 782 455 2
Yayasan Rumah Wakaf Indonesia


·         Konfirmasi :
    0818.0937.1527 ( XL )  a.n Mamat Ruhimat (konsultan Wakaf)
·         mamat.ruhimat@rumahwakaf.com (E-mail)
     ALAMAT
J Jalan Turangga No.63 Bandung

Tlp 022 77890805
·          


0813-9445-2537 (TSEL) Wakaf Quran


 0818.0937.1527 (XL) Lembaga Wakaf Di Indonesia,Donasi Online,Cara Berwakaf,Contoh Cara Berwakaf,Wakaf Tunai,Wakaf Quran





Sejumlah santri mengikuti peluncuran gerakan wakaf 1000 Al-Quran untuk Jawa Barat di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat, Bandung, Kamis (25/7/2013). Kegiatan yang digagas Rumah Wakaf Indonesia (RWI) ini, Dalam rangka menyambut malam Nuzul Qur'an bertujuan untuk mengajak masyarakat lebih banyak membaca Alquran di bulan ramadan dan juga tak lupa untuk berbagi kepada sesama melalui kegiatan wakaf yang pahalanya terus mengalir meskipun sang muwakif (orang yang berwakaf) sudah meninggal.